Sedikitnya teman perjalanan, harga sebuah kemuliaan.

Selasa, 19 April 2016



Indonesia baru saja menasbihkan diri sebagai juara ke-3 Musabaqah Hifzil Quran (MHQ), 14 April 2016 kemarin di Mesir. Lomba hafalan dan kandungan Al-Quran tingkat anak se-dunia ini diikuti oleh 80 peserta dari 60 negara. Luar biasanya, wakil Indonesia ini juga menjadi peserta termuda (tujuh tahun). Suatu pencapaian yang luar biasa. Sebab baru kali ini Indonesia bisa menempatkan wakilnya di peringkat tiga besar.

Sudah kenal dengan si anak luar biasa tersebut?


Namanya, Musa. Lengkapnya Musa ibn Abu Hanafi. Umur baru tujuh tahun. Bicaranya masih cadel dan kadang masih terbata kalau diwawancara. Tapi jangan tanya saat diminta untuk melantunkan ayat demi ayat Al-Quran yang telah hafal di luar kepala. Sudah menyelesaikan hafalannya di usia yang belum genap ke-enam tahun.

Prestasinya tersebut sekaligus menjadi penebus 'kegagalan' masuk tiga besar pada MHQ di Jeddah, Saudi Arabiah tahun 2014 yang lalu. Saat itu, Musa menduduki peringkar 12 dari 25 peserta (21 negara). Pengalaman pada 2014 yang lalu rupanya menjadi pelajaran yang sangat penting untuk perbaiki peringkat pada tahun ini. Tak pelak, pemerintah Saudi Arabiah pun sudah menawarkan kepada Musa untuk meneruskan studinya di negara petro dollar tersebut.

Selain telah hafal 30 juz Al-Quran,  anak luar biasa ini juga telah menghafalkan beberapa kitab hadis. Diantara kitab tersebut adalah: Durusul Lughah, 'Umdatul Ahkam, Arbain Nawawi, dan Arbaik Hadis-nya Abdul Hakim Amir Abdat. Musa juga telah menorehkan tinta emas sebagai penghafal Al-Quran termuda di Indonesia (bahkan di dunia saat ini). Di usia yang belum genap enam tahun, pada Sabtu (16/8/2014) telah menerima piagam Rekor MURI di rumah dinas Bupati Bangka Barat, Prov. Bangka Belitung.

Sayangnya, berita luar biasa ini minim ekspos. Tertutup dengan berita-berita hedonis yang diusung oleh media mainstream. Meski berhasil mengharumkan nama bangsa yang 200 jutaan warganya adalah muslim, namun nyaris tak terdengar gaungnya. Untunglah lewat berbagai akun media sosial yang masih berpihak pada berita baik, kabar menggembirakan ini pun akhirnya bisa sampai ke khalayak. Jelas ini cukup membuat masygul.

Standar yang tak jelas mungkin digunakan oleh media mainstream tersebut mungkin digunakan untuk personal yang 'mengharumkan' nama bangsa. Kontes putri-putrian yang mengumbar aurat, berita tentang teroris (yang biasanya tersangkanya muslim), intrik politik yang busuk aromanya mungkin lebih dianggap seksi. Belum lagi berita kawin cerai, perselingkuhan, free sex di kalangan artis justru seolah menjadi berita yang aduhai. Tsumma 'auzubillah.

Satu lagi yang luar biasa dari perjalanan Musa ini. Dia tak perlu minta diberi fasilitas oleh kedutaan besar atau pun KBRI meski membawa nama negara Indonesia. Dia juga tak perlu nodong sponsor sana-sini yang membiayai sampai puluhan atau ratusan milyar rupiah. Musa kecil yang tak pernah mengemis fasilitas untuk menjadi juara dunia. Ahh...kami malu dengan dirimu, Musa.

Saat menjawab berbagai pertanyaan dari para masayikh tingkat dunia, tak ada keraguan untuk menjawabnya. Meski kelemahan untuk mengucapakan ra' dan zal menjadi kendala, tak mengurangi rasa kagum penonton. Bahkan setelah pengumuman penilaian, para juri tak kuasa untuk meneteskan air mata sambil menggendong dan menciumi keharuman negeri ini. Tak kurang, Presiden Mesir akan memberikan penghargaan khusus kepadanya.

Musa sang hafiz muda. Seolah membangunkan kami dari tidur panjang kami. Membuyarkan mimpi-mimpi indah tentang gegap gempita berita politik negeri ini. Kamulah yang menjadi pelecut kami. Untuk melahirkan Musa Musa baru yang menjadi harapan azali syahdah. Penerang gelap dunia, pemberi harapan terang untuk akhirat nanti.

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
By Nuzulul Arifin. Diberdayakan oleh Blogger.

Tukar Link Yuk...

Create your own banner at mybannermaker.com!

Translate