Sedikitnya teman perjalanan, harga sebuah kemuliaan.

Jumat, 03 Januari 2014

#1Hari1Ayat: HARI KE-TIGA



الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ
Yang Maha Pemurah yang Maha Penyayang. [QS. Al-Fatihah (1): 3]

Bisa kita artikan juga: Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. 

Ayat ini menyempurnakan maksud dari ayat yang sebelumnya. Jika Alloh Azaa wa Jalla sebagai Rabb, sebagai pemelihara dan pendidik bagi seluruh alam tidak lain maksud dan isi pendidikan itu, melainkan karena Kasih sayangNya semata dan karena murahNya belaka, tidaklah dalam memberikan pemeliharaan dan pendidikan itu menuntut keuntungan bagi diriNya sendiri. 

Semuanya itu kembali kepada manusia penghamba. Mendidik untuk menjadi sadar bahwa hanya karena Alloh Ta'ala semata dia hadir di bumi. Menjadi kalifatul fil 'ardh, wakil Alloh Ta'ala di muka bumi. Sebagai penyeimbang kehidupan di alam semesta ini.

Puluhan ayat dalam Al-Qur'an yang menyebutkan tentang Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Bahkan 30 ayat disebutkan secara berulang pada surat Ar-Rahman. Hal itu tentu bukan tanpa sebab. Sudah berapa kaum yang diazab oleh Alloh karena merusak dirinya dengan kehidupan yang hedonis (menyembah kepentingan) materi. Sementara materi itu sendiri dimudahkanlah oleh Alloh Ta'ala agar kaum tersebut dapat hidup makmur dan saling menyayangi.

Namun apa yang terjadi? Sebagaimana kaum Nabi Luth yang telah diberikan kemakmuran yang luar biasa. Namun dasar, sifat tamak dan khianat menjalari mereka. Selepas Nabi Luth alaihi wa sallam berpulang, mereka mencoba untuk tren baru.  Pergaulan bebas terjadi di mana-mana. Tidak hanya antara laki-laki dan perempuan. Namun mereka bereksperimen dengan membuat tren  hidup bersama laki-laki dengan laki-laki (homoseksual), sementara perempuan hidup bersama perempuan (lesbian).

Kemudian inilah yang mendatangkan azab bagi kaum terlaknat tersebut. Hilangnya rahmat Alloh Ta'ala dari kehidupan mereka, semata-mata mereka sendirilah yang mencabutnya.

Tak ada lagi sifat rahim diantara mereka. Kehidupan yang mengutamakan materi dalam keseharian sekaligus menghapus rasa sayang mereka sendiri terhadap mereka. Sayang itu bukanlah Alloh Ta'ala yang mencabut.

Contoh lainnya, bukankah matahari dan bulan dan bintang-bintang, semuanya itu rahmat dari Alloh Ta'ala kepada kita ? Bagaimana jadinya kita hidup di dunia, kalau misalnya agak dua hari saja matahari tidak terbit ? Kita manusia kadang-kadang lupa akan Rahmat, karena kita tidak pernah dipisahkan dari rahmat. 

Sebagaimana oksigen yang kita hirup. Kita terkadang lupa, inilah karena sifat Kasih Alloh Ta'ala. Coba bayangkan, berapa rupiah yang harus kita bayar hanya untuk oksigen saja jika kita sakit dan mendapatkan bantuan pernafasan. 

Sungguh, nikmat Alloh mana saja yang sering kita dustakan. Saat kita ditimpa musibah seolah-olah rahmat Alloh terjerabut. Padahal itu hanyalah seruang proses bagi orang-orang yang beriman untuk melaluinya. Sebab hanya dengan proses ujian itulah, kadar keimanan kita dapat dinilai olehNya.

Maka sudah seharusnya, tiap saat, tiap waktu. Kita selalu bertafakkur. Menghitung nikmat Alloh yang tiada pernah bisa usai kita menghitungnya. Alam yang bersahabat, musim yang bersahabat, rejeki yang lancar serta melimpah, seringkali justeru membuat kita terlena.

Maka beruntunglah setiap manusia yang selalu bisa bermuhasabah atas nikmat-nikmat yang dia peroleh. Serta menyandarkan kepasrahan kepadaNya, jika musibah berpaut. Sebab Alloh Ta'ala tak akan memutus rahman dan rahimNya. Kecuali jika manusia itu sendiri yang memutusnya.

Mari kita belajar untuk menghilangkan keluh dengan senyum. Meluruhkan kesah dengan rasa syukur. Bahwa sampai saat ini kita masih diberikan sehat dan kehidupan.




2 komentar:

  1. Yuk ! Tersenyum dan terus bersyukur :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Titis.
      Senyum dan tetap syukur, meski hati galau. Hi....7x

      Hapus

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
By Nuzulul Arifin. Diberdayakan oleh Blogger.

Tukar Link Yuk...

Create your own banner at mybannermaker.com!

Translate