Sedikitnya teman perjalanan, harga sebuah kemuliaan.

Sabtu, 04 Januari 2014

#1Hari1Ayat: HARI KE-EMPAT



مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
Yang menguasai hari pembalasan. [QS. Al-Fatihah (1): 4]

Dengan memanjangkan mim, kata maalik berarti penguasa atau pemilik. Namun bila kata mim dibaca pendek, malik, maka berarti raja (lihat juga QS. An-Nas ayat 2). 

Hari pembalasan adalah hari setiap manusia dibangkitkan kemudian ditimbang amal perbuatannya. Kemudian akan diberi ganjaran sesuai dengan kebaikan atau keburukan amalannya. Hari pembalasan ini juga bisa disebut yaumul baats.

Di sini dapatlah kita memahamkan betapa arti ad-din. Kita hanya biasa memberi arti ad-din dengan agama. Padahal diapun berati pembalasan. Memang menurut Islam segala gerak-gerik hidup kita yang kita laksanakan tidak lepas dari lingkungan agama, dan tidak lepas dari salah satu hukum yang lima: wajib, sunnat, haram, makruh dan jaiz. Semuanya kelak akan diperhitungkan dihadapan hadirat Alloh Ta'ala di akhirat; baik akan diberi pembalasan yang baik, buruk akan diberi pembalasan yang buruk. Dan yang memberikan itu adalah Alloh sendiri, dengan jalan yang seadil-adilnya.



Apabila kita telah membaca sampai di sini, timbulah perimbangan perasaan dalam kalbu kita. Jika tadi seluruh jiwa kita telah diliputi oleh rasa Rahmat, pancaran Rahman dan Rahim Alloh Ta'ala, maka dia harus dibatasi dengan keinsafan, bahwa betapapun Rahman dan RahimNya namun namun ada unsur keadilan juga. 

Memang ada manusia yang karena amat mendalam rasa Rahmat dalam dirinya, dan meresap ke dalam jiwanya kasih sayang yang balas membalas, memberi dan menerima dengan Alloh. Kemudian dia beribadat kepada Alloh dan berbuat mulia. 


Namun lebih banyak manusia yang tidak menghargai dan tidak memperdulikan Rahman dan Rahim Alloh. Jiwanya diselimuti oleh rasa benci, dengki, khizit dan khianat. Tidak ada rasa syukur, tidak ada terima-kasih. Buruknya lebih banyak dari baiknya. Begitu pandai menyembunyikan keadaan yang sebenarnya. Sampai matipun dalam keadaan seperti itu. Tsumma 'audzubillah.


Di dunia ini yang ada hanya penilaian, tetapi tidak ada pembalasan manusia. Banyak manusia tercengang melihat orang zalim dan curang, tetapi oleh karena 'pandainya bermain', tak nampak sama sekali keburukannya. Sebaliknya, banyak orang yang jujur, berbuat baik, namun penghargaan tidak ada. Atau sengaja tidak dihargai karena pengaruh kepentingan atau politik.


Di dunia ini tidak ada pembalasan yang sebenarnya dan di sini tidak ada perhitungan yang adil. Kacamata keadilan adalah fatamorgana saja jika tak dilandasi dengan nas-nas Alloh Ta'ala maupun berdasarkan sunnah-sunnah Rosululloh Muhammad.


Maka apabila Ar-Rahrnan dan Ar-Rahim telah disambungkan dengan maliki yaumiddin, barulah seimbang pengabdian dan pemujaan kita kepada Alloh. Hidup tak hanya di dunia. Namun akan diteruskan dengan adanya satu hari pembalasan, hari agama yang sebenarnya.


Kita memuji Alloh Ta'ala pemelihara seluruh alam dan pendidiknya, kita memujiNya, karena Rahman dan RahimNya dan kitapun memujiNya. Sebab buruk dan baik yang kita kerjakan di dunia ini tidak terbuang percuma, melainkan akan diperhitungkan dan dibalasi dengan adil di akhirat kelak.



Alloh Ta'ala sang Penguasa Adil. Keadilan itu akan nampak secara hakiki pada saat di yawmul baats (hari pembalasan). Adakah kita masih meragukannya?



2 komentar:

  1. Alhamdulillah, saya bisa belajar menafsirkan dan mencari makna kebenaran Al fatiha di sini,
    salam dari Banjarbaru, Kalimantan Selatan

    BalasHapus
  2. Begitulah dunia ya pak .... yang bagus hakikatnya bisa kelihatan jelek. Sebaliknya pula. Apalagi dunia politik yang banyak komprominya itu, waduh ...

    BalasHapus

Popular Posts

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
By Nuzulul Arifin. Diberdayakan oleh Blogger.

Tukar Link Yuk...

Create your own banner at mybannermaker.com!

Translate